Setelah berjuang bersama Muslimin menumpas orang-orang kafir dalam
perang Yarmuk, Khalifah Umar bin Khattab memerintahkan kepada sahabat
Sa’id bin Amir menjadi gubernur di kota Homs, Suriah.
Sa’id termasuk sahabat yang hidup dalam kesederhanaan, dia pertama
kali masuk Islam menjelang perang Khaibar, yaitu peperangan antara
pasukan Muslimin melawan Yahudi.
Belum genap satu tahun menjabat sebagai gubernur, bawahan Sa’id
setingkat sekretaris daerah bersama jajarannya, menyerahkan laporan
kinerja dan perkembangan pemerintahan Sa’id kepada Khalifah Umar yang
berada di Kota Madinah.
Ketika sedang menghadap khalifah, Umar meminta kepada Sekda tersebut
untuk mencatat seluruh penduduk Kota Homs yang hidup dalam kemiskinan.
Tanpa berpikir panjang, dia menulis semua nama berdasarkan abjad.
Umar menerima lampiran data tersebut, ketika dia mengamati satu per
satu, Umar kaget ketika melihat nama Sa’id bin Amir masuk dalam daftar
orang termiskin di Kota Homs.
“Siapa nama Sa’id bin Amir yang namanya tertulis di sini?” tanya
Umar. “Dia adalah gubernur kami, wahai Amirul Mukminin,” jawab mereka
seperti dikutip dari buku pesan indah dari Makkah & Madinah, tulisan
Ahmad Rofi’ Usmani.
Umar bin Khattab terkejut mendengar jawaban mereka. Dia tidak
menyangka, sahabat Rasulullah SAW itu masih hidup dalam kesederhaan.
“Demi Allah memang dia adalah seorang yang miskin. Malah, pernah
hingga berhari-hari dapurnya tak mengepulkan asap, wahai Amirul
Mukminin,” timpa Sekda.
Khalifah Umar tidak kuasa membendung linangan air matanya, dia
tertegun dengan kehidupan zuhud sahabat nabi itu. Dalam benaknya, sosok
Sa’id merupakan pemimpin sejati, tidak tamak dan tidak gila harta, serta
menjadikan kekuasaan sebagai ujian bukan sebuah kenikmatan.
Sambil menyeka air mata, Umar berpesan dan menitipkan uang seribu
dinar kepada rombongan sekretaris daerah Homs untuk diserahkan kepada
gubernur Sa’id. Setelah tugas selesai, kemudian mereka berangkat kembali
menuju Kota Homs.
Sesampainya di Kota Homs, rombongan tersebut segera menghadap Sa’id
untuk menceritakan dan melaporkan hasil pertemuan dengan Khalifah Umar.
Tidak lupa juga menyerahkan seribu dinar kepada gubernur.
“Innalillahi wa inna ilaihi roojiuun,” ucap Sa’id dengan wajah
tersentak. Bukan kegembiraan yang terpancar dari wajah Sa’id ketika
menerima uang tersebut, dia bersedih dan tidak sanggup menerima uang
pemberian khalifah.
“Ancaman duniawi bakal rasuki jiwaku. Akibatnya, amal kebajikanku selama ini bakal rusak,” kata Sa’id setelah menerima uang.
Kemudian Sa’id bersama istrinya bermusyawarah. Akhirnya mereka berdua
sepakat untuk membagikan kepada kaum fakir dan miskin Kota Homs.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment